Prosesi Pernikahan Adat Sunda: Menyelami Tradisi Budaya Jawa Barat
Adat Sunda memiliki serangkaian susunan acara pernikahan yang khas. Berikut urutan lengkap prosesi pernikahan adat Sunda.
Tradisi Pernikahan Adat Sunda yang Unik dan Mendalam
Tradisi budaya Jawa Barat yang unik masih bisa kita lihat dalam prosesi pernikahan adat Sunda. Pernikahan adat Sunda juga termasuk prosesi pernikahan yang paling sering digunakan oleh masyarakat.
Dalam rangkaian acaranya, prosesi pernikahan adat Sunda tidak hanya dijalankan pada hari H pernikahan saja, namun juga beberapa hari hingga seminggu sebelum hari pernikahan. Setiap prosesinya ini juga memiliki makna dan arti filosofis yang mendalam.
Bagi kamu yang ingin merencanakan pernikahan dengan adat Sunda, berikut adalah susunan acara, ritual, dan prosesi lengkap pernikahan adat Sunda yang harus kamu ketahui!
Rangkaian Prosesi Pernikahan Adat Sunda
Prosesi pernikahan adat Sunda dimulai dari beberapa hari sebelum hari H pernikahan di mana mempelai akan melakukan lamaran dan meminta izin restu untuk menikah kepada pihak keluarga masing-masing. Berikut adalah rangkaian prosesi pernikahannya:
1. Neundeun Omong (Menyimpan Janji)
Prosesi pernikahan adat Sunda pertama disebut Neundeun Omong atau menyimpan janji atau ucapan.
Prosesi ini dilakukan untuk memastikan sang calon pengantin wanita belum menerima lamaran dari orang lain.
Kedua orang tua dari pihak pria akan menghampiri kedua orang tua dari pihak wanita untuk menanyakan hal ini.
Ritual ini sebenarnya lebih sering dilakukan pada pernikahan zaman dahulu sebab pada zaman itu banyak anak yang belum tahu akan dinikahkan padahal sudah terjadi kesepakatan antara kedua pihak orang tua.
2. Narosan atau Nyeureuhan (Lamaran)
Untuk menindaklanjuti Neundeun Omong, prosesi lamaran pun dilakukan. Pada prosesi pernikahan adat Sunda ini, pihak keluarga calon mempelai pria menyerahkan Sirih lengkap beserta uang pengikat sebagai isyarat bahwa pihak pria bersedia ikut membiayai pernikahan.
Selain itu, pihak calon pengantin pria juga memberikan cincin meneng atau cincin belah rotan sebagai tanda ikatan.
3. Nyandakeun (Seserahan)
Prosesi selanjutnya adalah Nyandakeun atau seserahan di mana pihak calon mempelai pria menyerahkan beberapa perlengkapan untuk pernikahan seperti uang, pakaian, perabotan rumah tangga, makanan, dan lain sebagainya.
Begitu pula pihak calon mempelai wanita membalas dengan seserahan yang diberikan pada pihak laki-laki.
Prosesi seserahan pada pernikahan adat Sunda biasa dilakukan tujuh sampai satu hari sebelum hari pernikahan.
4. Ngeuyeuk Seureuh
Prosesi Ngeuyeuk Seureuh dipimpin oleh Pengeuyeuk. Pengeuyeuk mempersilahkan kedua calon pengantin meminta izin dan doa restu dari orang tua diiringi lagu kidung oleh Pengeuyeuk.
Calon pengantin akan disawer beras yang bermakna hidup sejahtera. Lalu dikeprak dengan sapu lidi disertai nasehat, kain putih penutup Pengeuyeuk pun dibuka.
Kemudian pembelahan mayang jambe dan buah pinang oleh calon mempelai pria. Prosesi ini akan diakhiri dengan menumbukkan alu ke dalam lumpang sebanyak tiga kali oleh calon mempelai pria.
5. Membuat Lungkun
Ngeuyeuk Seureuh biasa dilakukan sehari sebelum acara pernikahan. Prosesi ini hanya boleh dihadiri oleh orang tua kedua calon mempelai dan keluarga dekat saja.
Kedua mempelai dihadapkan dua lembar sirih bertangkai yang kemudian digulung menjadi satu memanjang.
Setelah itu, diikat dengan benang kanteh, lalu diikuti kedua orang tua dan tamu undangan. Prosesi pernikahan adat Sunda ini memiliki makna agar kelak jika mendapat rezeki yang berlebihan bisa dibagi kepada sanak saudara.
6. Berebut Uang
Kemudian dilanjutkan dengan prosesi Berebut Uang. Tata cara prosesi pernikahan adat Sunda yang satu ini dilaksanakan di bawah tikar sambil disawer. Maknanya berlomba-lomba dalam mencari rejeki dan disayang keluarga.
Ngebakan atau Siraman Pernikahan Adat Sunda
Menjelang hari pernikahan, prosesi siraman pun dilakukan. Prosesi ini bertujuan agar menyucikan calon mempelai wanita secara lahir dan batin. Biasanya acara berlangsung siang hari di kediaman calon mempelai wanita.
1. Ngecakeun Aisan
Prosesi ini akan dimulai dengan keluarnya calon mempelai wanita dari kamar yang digendong secara simbolis oleh sang ibu. Sementara sang ayah berjalan di depan membawa lilin menuju tempat sungkeman.
2. Ngaras
Merupakan permohonan izin calon mempelai wanita yang dilanjutkan dengan sungkem serta mencuci kaki kedua orang tua.
3. Pencampuran air siraman
Kemudian kedua orang tua mencampur air yang berasal dari tujuh macam bunga wangi atau disebut dengan bunga setaman.
4. Siraman
Diiringi musik kecapi dan suling, calon mempelai wanita menuju tempat siraman dengan menginjak 7 helai kain. Prosesi siraman akan dimulai dengan ibu, ayah, lalu dilanjutkan para sesepuh. Jumlah penyiram haruslah ganjil berkisar antara 7, 9, sampai 11 orang.
5. Ngerik atau Potong rambut
Pada prosesi pernikahan adat Sunda ini, rambut dari calon mempelai wanita akan dipotong sedikit sebagai lambang mempercantik diri lahir dan batin.
Dilanjutkan dengan prosesi Ngeningan, yakni menghilangkan semua bulu-bulu halus pada wajah, kuduk, membentuk amis cau atau sinom, membuat godeg serta membuat kembang turi.
Prosesi Pernikahan Adat Sunda Pada Hari H
Prosesi pernikahan adat Sunda pada hari puncak memiliki rangkaian prosesi yang paling banyak. Rangkaian acara ini dilakukan untuk membawa kesan kebahagiaan dan keabadian untuk kedua mempelai.
1. Penjemputan Calon Pengantin Pria
Utusan dari pihak mempelai wanita menjemput calon mempelai pria.
2. Ngabageakeun
Sesampainya di tempat acara pernikahan, calon mempelai pria disambut dengan ibu dari calon mempelai wanita dengan mengalungkan bunga melati. Kemudian, calon mempelai wanita berjalan menuju pelaminan diapit oleh kedua orang tua.
3. Akad Nikah
Prosesi Ngabageakeun menjadi penutup rangkaian prosesi pra-nikah, sekarang saatnya melangsungkan akad nikah untuk meresmikan hubungan kedua pasangan.
Kini, akad nikah tak harus dilakukan di rumah maupun tempat ibadah, akad nikah juga banyak diselenggarakan di tempat resepsi pernikahan.
4. Sungkeman
Setelah akad berjalan dengan lancar, kedua mempelai pun melakukan sungkeman kepada kedua orang tua untuk meminta maaf akan kesalahan-kesalahan.
5. Saweran
Dengan posisi duduk di kursi sambil dipayungi, upacara penyaweran pun dilakukan pada pengantin. Orang tua memberikan nasehat diiringi kidung. Pemberian nasehat diiringi pelemparan uang logam, beras, kunyit yang diiris tipis-tipis, dan permen.
Uang logam dan beras melambangkan kemakmuran, kunyit sebagai simbol kejayaan, sedangkan permen melambangkan manisnya kehidupan berumah tangga.
6. Meuleum Harupat (Membakar Harupat)
Prosesi pernikahan adat Sunda dilanjutkan dengan upacara Meuleum Harupat. Mempelai wanita membakar batang harupat yang dipegang mempelai pria dengan lilin sampai menyala.
Sesudah itu, batang harupat dimasukkan ke dalam kendi berisi air yang dipegang mempelai wanita. Batang harupat diangkat kembali dan dipatahkan lalu dibuang.
Prosesi ini memiliki makna bahwa kedua mempelai diharapkan senantiasa memecahkan persoalan rumah tangga bersama-sama.
Istri yang memegang kendi berisi air menggambarkan peran istri yang berperan mendinginkan setiap persoalan yang membebani hati dan pikiran suami.
7. Nincak Endog (Menginjak Telur)
Berikutnya, prosesi yang satu ini juga dilakukan dalam prosesi pernikahan adat Jawa, yaitu Nincak Endog. Mempelai pria menginjak telur hingga pecah, kemudian sang istri akan membersihkan kaki sang suami.
8. Ngaleupas Japati (Melepas Merpati)
Susunan acara pernikahan adat Sunda setelah Nincak Endog adalah melepas burung merpati putih yang dilakukan oleh orang tua.
Ritual melepas merpati pada adat Sunda ini berarti orang tua melepas tanggung jawab karena kedua pasangan sekarang sudah mampu hidup mandiri.
9. Muka Panto (Buka Pintu)
Tradisi pernikahan adat Sunda belum berhenti sampai situ. Masih ada tradisi muka panto atau buka pintu.
Diawali dengan mengetuk pintu tiga kali, lalu dilakukan sahut-sahutan pantun dari luar dan dalam pintu rumah. Biasanya mempelai berada di luar pintu, sementara mempelai wanita di dalam.
10. Huap Lingkup
Prosesi ini dilakukan dengan menyuapi pasangan pengantin oleh kedua pasang orang tua. Ini melambangkan tidak ada perbedaan antara kasih sayang terhadap anak dan menantu.
11. Pabetot Bakakak Hayam
Susunan acara pernikahan adat Sunda yang terakhir adalah kedua pengantin saling tarik-menarik ayam bakar utuh.
Yang mendapat bagian lebih besar harus berbagi dengan pasangannya. Prosesi ini berarti rezeki yang diterima harus dinikmati bersama.
Demikian prosesi lengkap pernikahan adat Sunda yang cukup memakan waktu dan tenaga bagi kedua pasangan dan keluarga.
Tak jarang kedua pasangan memiliki adat dan budaya yang berbeda. Maka dari itu, alangkah baiknya jika didiskusikan terlebih dahulu adat mana yang akan dipakai pada hari pernikahan.
Bagaimanapun juga, semoga tradisi adat ini bisa terus diwariskan turun temurun sampai kapanpun walaupun zaman terus berubah.